Proses menenun dari pita rajutan mempunyai pengaruh langsung dan signifikan terhadap elastisitasnya. Proses merajut ditandai dengan jalinan simpul untuk membentuk kain, suatu struktur yang memberikan sifat elastis yang unik pada pita rajutan.
Secara khusus, elastisitas sabuk rajutan terutama berasal dari kemampuan merenggangkan struktur kumparannya. Selama proses merajut, benang ditenun menjadi loop kontinu, yang mampu berubah bentuk saat terkena gaya luar, sehingga memberikan elastisitas yang baik pada pita rajutan. Ketika gaya luar menghilang, kumparan dapat kembali ke bentuk aslinya, memungkinkan sabuk rajutan dengan cepat kembali ke bentuk aslinya.
Elastisitas ikat pinggang rajutan juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kepadatan tenun, bahan benang dan cara menenun. Pita rajutan dengan kepadatan tenunan yang lebih rendah umumnya memiliki elastisitas yang lebih besar karena terdapat lebih banyak ruang di antara simpul, sehingga lebih mudah berubah bentuk. Meskipun sabuk rajutan dengan kepadatan tenun lebih tinggi memiliki ketahanan aus dan ketahanan sobek yang lebih baik, elastisitasnya mungkin terbatas.
Selain itu, bahan benang juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi elastisitas ikat pinggang rajutan. Bahan benang yang berbeda memiliki sifat elastis yang berbeda pula. Misalnya, serat sintetis seperti poliester dan nilon umumnya memiliki elastisitas yang lebih baik, sedangkan serat alami seperti katun dan wol mungkin memiliki elastisitas yang lebih rendah.
Proses menenun pita rajutan memberikan sifat elastis yang baik melalui struktur kumparannya yang unik. Sifat elastis ini telah banyak digunakan di berbagai bidang seperti pakaian, tas, dan alas kaki. Saat memilih sabuk rajutan, perlu mempertimbangkan secara komprehensif berbagai faktor kinerja seperti elastisitas, ketahanan aus, dan ketahanan sobek berdasarkan skenario dan kebutuhan aplikasi spesifik.